Monday, April 14, 2014

Cerita Inspirasi: Racun dalam Pikiran

CERITAKU: Di suatu negeri di China hiduplah seorang wanita yang akan menikahi seorang pria. Sebelum menikah si wanita itu minta izin kepada orang tua si pria. Orang tua dari kedua belah pihak pun merestui pernikahan mereka. Hingga akhirnya mereka disahkan menjadi pasangan suami istri.

Kemudian si wanita itu tinggal bersama suaminya di rumah mertuanya. Dan disinilah, si wanita merasa tidak nyaman karena merasa diperbudak oleh si mertua. Begitupun sang mertua menganggap sang menantu sebagai gangguang dan tidak bisa diandalkan.

ilustrasi (www.discoverhongkong.com)
Lama-kelamaan si wanita merasa bosan dan sangat kesal kepada mertua karena selalu menyuruh, memarahi dan mengomelinya setiap hari. Bahkan dalam pikiran si wanita itu terlintas untuk membunuh mertuanya. Tapi jika ia membunuh secara terang-terangan, suami yang ia cintai pasti akan menceraikannya. Lalu dia memikirkan sebuah rencana kotor untuk membunuh mertuanya tanpa diketahui siapapun.

Sebuah ide ia dapatkan yaitu dengan cara memberikan mertuanya itu racun. Kemudian ia mendatangi salah satu ahli pengobatan dan racun di suatu tempat. Di sana ia meminta sebuah racun yang mematikan agar mertuanya bisa terbunuh tanpa ada kecurigaan.

Sang ahli racun bertanya, "Mengapa Anda ingin sekali membunuh mertua sendiri?" Si wanita langsung menceritakan apa yang terjadi dan mengapa dia ingin sekali membunuh mertuanya.

"Oh jadi begitu yah, baiklah kalau begitu, saya akan memberikan racun paling mematikan, racun ini bisa membunuh mertua Anda dalam waktu 3 bulan," jawab sang ahli racun.
"3 bulan, apa tidak terlalu lama," jawab si wanita.
"Kan Anda bilang, Anda ingin membunuh mertua Anda tanpa ada yang mencurigai. Oleh karena itu, selama 3 bulan Anda harus memberikan kasih sayang kepada mertua Anda agar ketika dia meninggal tidak ada yang curiga," jawab sang ahli racun.

Si wanita itu menyetujui saran sang ahli, dan langsung memberikan racun yang ia bawa kepada mertuanya lewat makanan. Setelah itu, si wanita memberikan kasih sayang kepada mertuanya dan bersikap lembut. Sang mertua merasa heran kenapa ia jadi berubah, ia pun tersentuh dan tidak mengomeli lagi menantunya itu.

Waktu berlalu, kasih sayang sang menantu yang semulanya sandiwara berubah menjadi ketulusan. Sekarang dia merasa bahagia dan nyaman berada di samping mertuanya. Karena sang mertua pun ikut membalas kasih sayang yang diberikan menantunya itu.

Tiga bulan hampir habis, si wanita ingat racun itu akan membunuh mertuanya yang sekarang ia sayangi. Dan menyesal telah melakukan hal kotor itu. Kemudian ia mengunjungi sang ahli racun itu, dan meminta agar diberikan penawar racun mematikan itu.

"Kenapa Anda kembali meminta penawar racun itu?" tanya sang ahli.
"Saya sadar, saya salah, kini kasih sayang yang awalnya hanya pura-pura kini menjadi tulus. Dan saya mulai mencintai mertua saya dengan sepenuh hati. Saya tidak ingin kehilangan orang yang saya cintai karena ulah saya. Oleh karena itu saya mohon minta penawar racun tersebut," jawab si wanita sambil menangis.

Sang ahli hanya membalas dengan senyuman. Si wanita heran kenapa ia tersenyum.

"Tenang, ramuan yang saya berikan itu bukanlah racun yang mematikan. Melainkan sebuah obat herbal yang bisa menyehatkan tubuh," jawab sang ahli.

Si wanita sangt kebingungan, bahwa racun yang ia gunakan untuk membunuh mertuanya ternyata adalah obat sehat.

"Kenapa Anda membohongi saya dengan mengatakan itu adalah racun mematikan?" tanya si wanita.
"Waktu itu, Anda hanya menuruti pikiran Anda yang sudah diracuni oleh sikap Anda sendiri. Anda tidak pernah berpikir bahwa kasih sayang yang tulus bisa merubah itu semua. Oleh karena itu, saya membohongi Anda agar niat buruk Anda berubah jadi kasih sayang yang tulus," jawab sang ahli

Mendengar perkataan sang ahli, dia langsung menangis bahagia dan bersyukur racun dalam pikirannya kini sudah berubah jadi kasih sayang yang tulus. Dia sadar satu-satunya racun mematikan itu adalah racun dalam pikirannya sendiri. Setelah itu pasangan suami istri dan mertuanya itu hidup bahagia dan harmonis.

No comments:

Post a Comment